Selasa, 16 November 2010

KEBERSAMAAN DALAM PERBEDAAN

Aku bukan Cina, aku juga bukan Arab

Aku bukan Jawa, aku juga bukan Ambon

Aku bukan kiri, aku juga bukan kanan

Aku hanya merasa, aku orang Indonesia saja

Ini adalah sepenggal syair lagu yang dinyanyikan oleh group band Dewa 19. Lagu ini hendak menyuarakan realitas kehidupan bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang kerap dipusingkan oleh berbagai persoalan dan isu mengenai SARA ( Suku, Agama, dan Ras). Nampak jelas bahwa orang yang menciptakan lagu ini bukan hanya mau menonjolkan jiwa seninya, tetapi melalui seni tersebut ia hendak mengungkapkan realitas masyarakat bangsa Indonesia. Martin Heidegger seorang filsuf eksistensial pernah mengemukakan pendapatnya tentang manusia. Sebagai seorang eksistensialis, ia memulai penjelajahannya dengan sebuah pertanyaan, “ Siapakah manusia itu?” Ia menjawab bahwa manusia adalah “Aku”. Sebagai “Aku” manusia memiliki perbedaan dengan “aku-aku yang lain”, dalam konteks ini individu yang lain. Perbedaan di sini bukan terletak pada konteks beda selera, rasa, suku, ras, agama, atau warna kulit. Bagi Heidegger, semua hal itu bukanlah perbedaan yang fundamental. Menurutnya, semua perbedaan seperti ini hanya bersifat aksidental, artinya adalah perbedaan yang terlihat itu bersifat menempel pada pribadi “Aku”. Sesungguhnya perbedaan yang paling mendasar dari “Aku” adalah “ Pengalaman”. Pengalaman antara “aku” yang satu dengan yang lain berbeda, walaupun keduanya mengalami suatu peristiwa yang sama.
Hidup bersama dalam kelompok masyarakat, jelas akan memunculkan banyak perbedaan. Mengapa? Karena yang namanya masyarakat berarti kumpulan “aku-aku” yang memiliki keunikan serta ciri khasnya masing-masing. Budaya, bahasa, suku, kesenian, semuanya itu ada karena daya kreatifitas dan hasil cipta manusia sebagai kelompok. Pebedaan tidak akan menjadi sebuah kendala bagi kehidupan bersama jika sesama dalam masyarakat tidak melihat perbedaan itu sebagai permasalahan yang mengancam. Sebaliknya menurut saya, perbedaan tersebut justru akan menjadi sebuah keunikan dan keindahan bila di dalam masyarakat ada kerukunan serta rasa saling pengertian. Saya menganalogikan perbedaan itu seperti sebuah lukisan. Sebuah lukisan terlihat indah karena terdapat banyak kombinasi warna di dalamnya. Bayangkanlah jika sebuah lukisan hanya terdiri dari satu warna saja, bukankah hal itu akan dinamakan ketidakkreatifan atau  seni yang membosankan?
Perbedaan aksidental adalah suatu realitas yang tidak dapat dihindarkan. Hal itu adalah konsekuensi dari suatu kehidupan bersama. Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang unik, maka sangat tidak wajar apa bila ada manusia lain yang mempersoalkan perbedaan aksidental tersebut. Hal ini justru mengindikasikan kedangkalan kemanusiaannya, serta kurangnya pengertian manusia yang bersangkutan tentang siapakah aku. Ketika orang sudah sampai pada kesadaran sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia, berarti orang tersebut telah memiliki kesadaran kemanusiaannya sebagai “Aku” yang unik. Maka tidak ada lagi pembedaan orang Cina, Arab, putih, hitam, lurus, keriting. Yang ada hanyalah kebersamaan dalam perbedaan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar